"Menjadi suporter itu tidak mudah"
Aku lupa pernah baca dimana,yang jelas aku setuju dengan kalimat itu.
Aku lupa pernah baca dimana,yang jelas aku setuju dengan kalimat itu.
Jika anak K-Popers sering bilang "Dunia fangirling itu keras,Sis" ,maka anak bola juga bisa mengatakan hal yang sama,terutama suporter bola lokal.
Sekeras-kerasnya dunia fangirling K-Popers,paling banter mereka saling nge-bash antar fandom.
Sekeras-kerasnya rivalitas antara fenboi Real Madrid dan Barcelona,paling banter mereka twitwar 7hari 7malam.
Jarang terjadi 'perang' nyata antara dua kubu suporter klub Internasional.
Jarang terjadi 'perang' nyata antara dua kubu suporter klub Internasional.
Coba bandingkan dengan rivalitas antara Aremania-Bonek atau The Jak-Bobotoh misalnya.
Tidak cukup psywar via media sosial,di dunia nyata pun mereka 'susah' akur.
Tidak cukup dengan twitwar, saling 'melukai' juga terjadi secara nyata,korbannya sudah banyak. Berita kekerasan antar suporter bola lokal sering terdengar.
Bahkan sampai ada ungkapan "Away Day itu taruhannya nyawa". Merinding ga,lo?
Sebegitu fanatiknya sampai rela bertaruh nyawa demi mengawal tim kebanggaan,kurang keras gimana coba?
Tidak cukup psywar via media sosial,di dunia nyata pun mereka 'susah' akur.
Tidak cukup dengan twitwar, saling 'melukai' juga terjadi secara nyata,korbannya sudah banyak. Berita kekerasan antar suporter bola lokal sering terdengar.
Bahkan sampai ada ungkapan "Away Day itu taruhannya nyawa". Merinding ga,lo?
Sebegitu fanatiknya sampai rela bertaruh nyawa demi mengawal tim kebanggaan,kurang keras gimana coba?
Itu baru kekerasan antar suporter,belum lagi kekerasan antara suporter dan aparat keamanan.
Suporter digebukin aparat sampai tewas,atau aparat keamanan yang disiram air keras,pernah dengar,kan beritanya? Jangan bilang tidak,deh.
Suporter digebukin aparat sampai tewas,atau aparat keamanan yang disiram air keras,pernah dengar,kan beritanya? Jangan bilang tidak,deh.
Masih ada pula kekerasan antar suporter yang masih dalam satu klub,misalnya antara Si Manis dan Singamania ( mereka sama-sama pendukung Sriwijaya FC )
Nah loh.
Bayangin,di bawah satu bendera saja rawan keributan,apalagi beda tim kebanggan?
Nah loh.
Bayangin,di bawah satu bendera saja rawan keributan,apalagi beda tim kebanggan?
Upaya perdamaian antar suporter lokal sudah mulai banyak dilakukan, salah satu contohnya berdirinya Suporter Cerdas Indonesia.
Coba googling,deh soal eksistensi mereka. Komunitas itu mengkampanyekan pentingnya perdamaian demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Sejauh ini lumayan responnya,banyak yang setuju bahwa permusuhan hanya 90menit,selebihnya kita adalah saudara.
Namun tak sedikit pula yang menganggap konyol dengan berkomentar "ndek kene bacokan dadakno ndek kono selfie-selfie. Nggilani".
Coba googling,deh soal eksistensi mereka. Komunitas itu mengkampanyekan pentingnya perdamaian demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Sejauh ini lumayan responnya,banyak yang setuju bahwa permusuhan hanya 90menit,selebihnya kita adalah saudara.
Namun tak sedikit pula yang menganggap konyol dengan berkomentar "ndek kene bacokan dadakno ndek kono selfie-selfie. Nggilani".
Faktanya,di lapangan masih banyak terjadi gesekan-gesekan di level grassroot suporter lokal.
Susah nian nampaknya didamaikan,seolah jika mereka berdamai,harga dirinya terinjak-injak. Dan jika ada yang bersikap 'lebih dewasa' mereka di cap 'lembek',tak bernyali atau bahkan dipertanyakan loyalitasnya.
Dalam imajinasi terliarku, permusuhan antar suporter memang sengaja dipupuk,dipelihara,dan dilanggengkan oleh 'mereka' yang mendapatkan keuntungan secara tidak langsung dari rivalitas abadi para suporter bola lokal.
Mereka ini siapa?
Nah,itu yang masih menjadi misteri,namanya juga sebatas imajinasi.Ehe
Susah nian nampaknya didamaikan,seolah jika mereka berdamai,harga dirinya terinjak-injak. Dan jika ada yang bersikap 'lebih dewasa' mereka di cap 'lembek',tak bernyali atau bahkan dipertanyakan loyalitasnya.
Dalam imajinasi terliarku, permusuhan antar suporter memang sengaja dipupuk,dipelihara,dan dilanggengkan oleh 'mereka' yang mendapatkan keuntungan secara tidak langsung dari rivalitas abadi para suporter bola lokal.
Mereka ini siapa?
Nah,itu yang masih menjadi misteri,namanya juga sebatas imajinasi.Ehe
Seandainya masalah perseteruan antar suporter bisa diatasi,apakah menjadi suporter bola lokal lantas menjadi hal yang mudah? Tentu tidak~
Kami masih harus menghadapi kenyataan carut-marutnya kompetisi ala PSSI.Mulai dari regulasi yang saking ajaibnya bisa berubah-ubah dalam waktu sekejap,jadwal yang bisa berubah sesuai 'kebijakan',kualitas wasit yang sering memicu huru-hara,denda komdis yang misuh-able,sampai masalah kualitas dan jadwal siaran langsung di Televisi nasional.
YHA. Kami harus setangguh itu
.
YHA. Kami harus setangguh itu
.
Mental kami juga kembali diuji oleh 'cemoohan' penduduk lokal yang bukan suporter.
Ngerti,kan maksudnya?
Mereka yang 'terganggu' saat kami corteo,saat kami konvoi merayakan kemenangan,atau bahkan 'bikin macet' pas mau ke stadion.
Mereka yang dengan sinis berkomentar " Apa sih yang bisa dibanggain selain tawuran dan kerusuhan? Bikin mati anak orang kok bangga"
Mereka yang menganggap kami bego karena rela membeli syal seharga nyaris setengah juta.
Ngerti,kan maksudnya?
Mereka yang 'terganggu' saat kami corteo,saat kami konvoi merayakan kemenangan,atau bahkan 'bikin macet' pas mau ke stadion.
Mereka yang dengan sinis berkomentar " Apa sih yang bisa dibanggain selain tawuran dan kerusuhan? Bikin mati anak orang kok bangga"
Mereka yang menganggap kami bego karena rela membeli syal seharga nyaris setengah juta.
Jadi,kalimat "Menjadi suporter lokal itu tidaklah mudah" rasanya tidak berlebihan.
Pengorbanan kami untuk mendukung tim kebanggaan tidak main-main,baik secara materiil maupun non-materiil.
Gimana nggak pesimis coba dengan situasi terkini kompetisinya?
Duh,ingin rasanya bisikin para petinggi PSSI," Mbok yang peka,Pak."
Cobalah diurus yang serius,biar hasilnya juga tidak bikin hati cidera serius.
Kalau liga nya sehat,kan siapa tahu Timnas kita bisa masuk final Piala Dunia.
Sebagai penikmat bola,aku masih belum kehilangan asa suatu saat berhenti menjadi tifosi Gli Azzuri, dan berteriak heboh saat Egy menjebol gawang Buffon. Ketinggian,ya mimpinya?
Yaudah direvisi angan-angannya.
Dear PSSI,kami tidak berharap banyak,kami beli tiket untuk nonton bola,bukan tawuran.
Kami ingin kompetisi yang sehat,yang tidak menjadi bahan lelucon dan bahan twitwar yang sedikit banyak berpengaruh terhadap upaya perdamaian di kalangan suporter.
Apa yang bisa kami lakukan agar bisa meringankan tugasmu untuk mewujudkan itu semua?
Pengorbanan kami untuk mendukung tim kebanggaan tidak main-main,baik secara materiil maupun non-materiil.
Gimana nggak pesimis coba dengan situasi terkini kompetisinya?
Duh,ingin rasanya bisikin para petinggi PSSI," Mbok yang peka,Pak."
Cobalah diurus yang serius,biar hasilnya juga tidak bikin hati cidera serius.
Kalau liga nya sehat,kan siapa tahu Timnas kita bisa masuk final Piala Dunia.
Sebagai penikmat bola,aku masih belum kehilangan asa suatu saat berhenti menjadi tifosi Gli Azzuri, dan berteriak heboh saat Egy menjebol gawang Buffon. Ketinggian,ya mimpinya?
Yaudah direvisi angan-angannya.
Dear PSSI,kami tidak berharap banyak,kami beli tiket untuk nonton bola,bukan tawuran.
Kami ingin kompetisi yang sehat,yang tidak menjadi bahan lelucon dan bahan twitwar yang sedikit banyak berpengaruh terhadap upaya perdamaian di kalangan suporter.
Apa yang bisa kami lakukan agar bisa meringankan tugasmu untuk mewujudkan itu semua?