Rabu, 29 November 2017

Menjadi suporter ( bola lokal ) itu tidak mudah

"Menjadi suporter itu tidak mudah"

Aku lupa pernah baca dimana,yang jelas aku setuju dengan kalimat itu.

Jika anak K-Popers sering bilang "Dunia fangirling itu keras,Sis" ,maka anak bola juga bisa mengatakan hal yang sama,terutama suporter bola lokal.

Sekeras-kerasnya dunia fangirling K-Popers,paling banter mereka saling nge-bash antar fandom.

Sekeras-kerasnya rivalitas antara fenboi Real Madrid dan Barcelona,paling banter mereka twitwar 7hari 7malam.
Jarang terjadi 'perang' nyata antara dua kubu suporter klub Internasional.

Coba bandingkan dengan rivalitas antara Aremania-Bonek atau The Jak-Bobotoh misalnya.
Tidak cukup psywar via media sosial,di dunia nyata pun mereka 'susah' akur.
Tidak cukup dengan twitwar, saling 'melukai' juga terjadi secara nyata,korbannya sudah banyak. Berita kekerasan antar suporter bola lokal sering terdengar.
Bahkan sampai ada ungkapan "Away Day itu taruhannya nyawa". Merinding ga,lo?
Sebegitu fanatiknya sampai rela bertaruh nyawa demi mengawal tim kebanggaan,kurang keras gimana coba?

Itu baru kekerasan antar suporter,belum lagi kekerasan antara suporter dan aparat keamanan.
Suporter digebukin aparat sampai tewas,atau aparat keamanan yang disiram air keras,pernah dengar,kan beritanya? Jangan bilang tidak,deh.

Masih ada pula kekerasan antar suporter yang masih dalam satu klub,misalnya antara Si Manis dan Singamania ( mereka sama-sama pendukung Sriwijaya FC )
Nah loh.
Bayangin,di bawah satu bendera saja rawan keributan,apalagi beda tim kebanggan?

Upaya perdamaian antar suporter lokal sudah mulai banyak dilakukan, salah satu contohnya berdirinya Suporter Cerdas Indonesia.
Coba googling,deh soal eksistensi mereka. Komunitas itu mengkampanyekan pentingnya perdamaian demi sepak bola Indonesia yang lebih baik. Sejauh ini lumayan responnya,banyak yang setuju bahwa permusuhan hanya 90menit,selebihnya kita adalah saudara.
Namun tak sedikit pula yang menganggap konyol dengan berkomentar "ndek kene bacokan dadakno ndek kono selfie-selfie. Nggilani".

Faktanya,di lapangan masih banyak terjadi gesekan-gesekan di level grassroot suporter lokal.
Susah nian nampaknya didamaikan,seolah jika mereka berdamai,harga dirinya terinjak-injak. Dan jika ada yang bersikap 'lebih dewasa' mereka di cap 'lembek',tak bernyali atau bahkan dipertanyakan loyalitasnya.

Dalam imajinasi terliarku, permusuhan antar suporter memang sengaja dipupuk,dipelihara,dan dilanggengkan oleh 'mereka' yang mendapatkan keuntungan secara tidak langsung dari rivalitas abadi para suporter bola lokal.
Mereka ini siapa?
Nah,itu yang masih menjadi misteri,namanya juga sebatas imajinasi.Ehe

Seandainya masalah perseteruan antar suporter bisa diatasi,apakah menjadi suporter bola lokal lantas menjadi hal yang mudah? Tentu tidak~

Kami masih harus menghadapi kenyataan carut-marutnya kompetisi ala PSSI.Mulai dari regulasi yang saking ajaibnya bisa berubah-ubah dalam waktu sekejap,jadwal yang bisa berubah sesuai 'kebijakan',kualitas wasit yang sering memicu huru-hara,denda komdis yang misuh-able,sampai masalah kualitas dan jadwal siaran langsung di Televisi nasional.

YHA. Kami harus setangguh itu
.
Mental kami juga kembali diuji oleh 'cemoohan' penduduk lokal yang bukan suporter.
Ngerti,kan maksudnya?

Mereka yang 'terganggu' saat kami corteo,saat kami konvoi merayakan kemenangan,atau bahkan 'bikin macet' pas mau ke stadion.

Mereka yang dengan sinis berkomentar " Apa sih yang bisa dibanggain selain tawuran dan kerusuhan? Bikin mati anak orang kok bangga"

Mereka yang menganggap kami bego karena rela membeli syal seharga nyaris setengah juta.

Jadi,kalimat "Menjadi suporter lokal itu tidaklah mudah" rasanya tidak berlebihan.

Pengorbanan kami untuk mendukung tim kebanggaan tidak main-main,baik secara materiil maupun non-materiil.

Gimana nggak pesimis coba dengan situasi terkini kompetisinya?

Duh,ingin rasanya bisikin para petinggi PSSI," Mbok yang peka,Pak."

Cobalah diurus yang serius,biar hasilnya juga tidak bikin hati cidera serius.

Kalau liga nya sehat,kan siapa tahu Timnas kita bisa masuk final Piala Dunia.

Sebagai penikmat bola,aku masih belum kehilangan asa suatu saat berhenti menjadi tifosi Gli Azzuri, dan  berteriak heboh saat Egy menjebol gawang Buffon. Ketinggian,ya mimpinya?

Yaudah direvisi angan-angannya.

Dear PSSI,kami tidak berharap banyak,kami beli tiket untuk nonton bola,bukan tawuran.
Kami ingin kompetisi yang sehat,yang tidak menjadi bahan lelucon dan bahan twitwar yang sedikit banyak berpengaruh terhadap upaya perdamaian di kalangan suporter.

Apa yang bisa kami lakukan agar bisa meringankan tugasmu untuk mewujudkan itu semua?

Sabtu, 11 November 2017

Dear Mabes Kconk

“Si anjing Yuli apakah dia masih sering rasis?”

Tiada angin tiada hujan,tiba-tiba dapat mention begitu.
Gondok bacanya.Udah ditambahin nama hewan,ujungnya masih dilengkapi kata Rasis pula.

Setauku,seseorang disebut rasis kalau dia merendahkan Suku,Agama,dan Ras orang lain.
“Item,Lo!”
“Dasar Cino kampang!”
Itu contoh rasis menurut pemahamanku.Kapan pula dirijen kebanggaan Aremania itu rasis? Ndak pernah denger,deh.

“Bonek j****k dibunuh saja”

Nah kalo teriakan seperti itu masih lumayan sering denger,meskipun ndak sesering jaman aku masih sekolah.
Rupanya,sekarang ini pengertian rasis di sepakbola lokal rada bergeser.Kata keramat alias misuh khas Jawa Timur-an ( J****k) itu masuk kategori RASIS.
Baiklah~

Aku coba tanya sama beberapa temen,”eh misuh itu = rasis ndak,sih?”
13 dari 10 yg ditanya kompak jawab kalo misuh itu tidak rasis.
Jadi kalopun mau berdebat panjang lebar-dengan siapapun-pasti deadlock,karena definisi rasismu dan rasisku itu beda~
Kembali ke mention dari entah siapa itu tadi,tentu saja aku tidak terima.Sebagai Aremania Twitter Garis Keras,akupun membalas dengan hal yang sama.
“Segala Yuli Sumpil misuh lo urusin,kemarin suporter Madura j****kin Aremania, lo kemana?”
Menjadi suporter itu susah mau obyektif,pasti lebih condong ke klub yang dicintai. iyakan?

Soal ‘perang’ dengan K-conk ini juga lucu,setauku rival abadinya Aremania itu Bonek.Kenapa sekarang jadi merembet Aremania vs viking?yang terhangat malah Aremania vs K-conk?

Dulu aku sempet follow akun mabes kconk,tp setelah insiden yg katanya rombongan dia away ke Malang mengalami kejadian tidak mengenakkan,unfollow.
Pedes,bok.Segala makian,sumpah serapah keluar,sampe meng-haram-haramkan org malang ke Madura-darah harus dibayar dengan darah,itu yang paling aku ingat.
Curiga jangan-jangan adminnya mabes kconk karetnya dua,pedes nian soalnya.Jadi demi kesehatan jiwaku,mending di unfollow aja.
Tetapi karena dia -bisa dibilang selebtwitnya anak bola-banyak yg follow,tetep aja muncul di timeline.

Akhirnya waktu yg aku tunggu datang juga,saat tim Arema away ke Madura.
Nyaris selama 90 menit,mereka misuhin Arema-tim yang suporternya sering dibully karena chant ‘rasis’.
HAHA~
Beneran aku ngakak.Pengen jewer kupingnya admin mabes kconk,trus bisikin,”ngatain dulurku rasis,bolomu dewe juga sama. Umak tahes?”

Sebenernya,kalo akun fanbase bola lokal rada nyolot sama tim lain itu wajar,anggep aja psywar.Jadi misal akun bonek,viking,kconk nyinyir sm tim Arema mah wajar,toh kita juga melakukan hal yang sama.iya kan?

Yang jd masalah itu kalau akun bola lokal yang tidak mewakili salah satu klub,misal seperti @suporterFC,@liganesia,@mafiawasit,dll bersikap tidak netral.
Boleh dicek,saat aremania misuhin bonek atau wasit,bisa 7hari 7 malam jadi bahan bully.Hampir semua akun nge-blow up.
Tetapi pas kemarin suporter tim madura melakukan hal yang sama,adem ayem aja.
Kecewa? menurut nganaaa..?

“Makanya,kalo ga yakin bisa NETRAL,gosah jadi admin akun bola.Ato tambahin bio nya HATER AREMA,gitu”

Saking kecewanya aku jadi ngomel-ngomel sendiri di timeline.

Seorang teman pernah bilang gini,”akun bola sekarang banyak dikuasai bonek.makanya berita yg di up ndak balance”

Benar atau tidaknya aku juga ndak bisa pastiin.Tapi kalo ngeliat pemberitaan-pemberitaan belakangan,well,aku kan jadi ikut suudzhon.
Yamasa kita harus bikin akun tandingan?trus nge-bully balik tim rival gitu? Lak downgrade,reek  -,-

“Ribet deh,Lo.kalo gasuka ya anfol sajalah”

Ya ndak bisa gitu lahh ><

“Lo bisa nyinyirin tim gw,knp gw ga bole nyinyirin akun lo?”

Begitu aj terus sampai ladang gandum kesiram coklat jadilah koko crunch :3

Follow akun fanbase arema,biar update soal tim kebanggaan.
Follow akun tim lain,biar update soal tim lain.
Follow akun bola nasional,ya biar balance infonya,biar bisa mencoba mengerti other point of view.
Jadi kalo ada akun bola nasional yang terkesan sensi sama tim kebanggaanmu,Lawan! eh enggak,ding. Cukup ingetin balik,diwaro sukur ga diwaro yo wis ben.
Daripada ngedumel dalam hati,terus sakit hati,kan repot.Inget ya,sakit hati karena ga terima bully-an di medsos tidak ditanggung oleh BPJS -,-

Teruntuk admin mabes Kconk,aku sudah nanya sama sekitar 13orang temenku.
Nih contoh beberapa komennya :
 

Ini yang paling epic,sih :v



*uhuk*

Outsider bersuara :D
Oke,hasilnya tidak bisa diklaim sebagai perwakilan Aremania secara keseluruhan.
Tetapi setidaknya aku bisa bilang “I know I’m not the only one”

Kamu benci sama Aremania itu hak mu. Kamu mau hina-dina,caci-maki sesukamu juga terserah saja.
Kamu cukup tau,kami tidak menganggapmu ada. You’re nothing.
Udah gitu aja~

Teruntuk bolo Aremania, percayalah menjadi Aremania itu tidak mudah. Situasi internal kita sedang babak belur, wajar jika para tetangga ‘berpesta’. Maka, yuk lah saling bergandeng tangan menjaga Arema. Jika memang misuh itu dianggap rasis, ayo pelan-pelan dihilangkan chant rasisnya. Tanpa misuhin rival pun kita sudah sangar kok.